Kamis, 01 November 2018

Mimpi Sang Biduk Yang Terjawab




Aku Sang Biduk, berdiri di tengah cita-cita yang mebumbung tinggi, hingga mungkin saking tingginya, seolah-olah mimpi itu hanya sebuah bunga kehidupan karena keterbatasanku. Aku Sang pemimpi kehidupan yang berlari kencang untuk mengejar sebuah cita-cita, namun asa itu seolah hanyalah sampah berharga yang mengotoriku, karena garis hidupku yang terlalu berat untuk sebuah cita-cita.

Betapa bahagianya orang-orang yang bisa melanjutkan kuliah, dengan almamater kebanggaannya dia bisa mengasah kemampuan dan mengembangkan bakat minatnya di sebuah Perguruan Tinggi. Kapan aku bisa mengikuti jejak-jejak mereka agar kelak aku menjadi orang yang pandai dan bermanfaat bagi Orang tua, Nusa, Bangsa dan Agama. Mungkin memang nasibku terlahir dari seorang petani yang harus banting tulang demi mempertahankan hidup, jangankan untuk berkembang, bisa bertahan hidup pun Alahmadulillah.

Tak tersadar lamunanku sudah melambung ke mana-mana, bak langit tak terlihat batasnya, bak lautan tanpa tepi, hingga aku terkaget saat Ibu memanggil Ku. “Nak, tolong ikat kangkung ini”. Enggih Bu, sahutku sambil menghempaskan nafas untuk lepas dari lamunan yang menyelimuti. Tak biasanya juga Ibu memberikan nasehat disaat petang merangsek, mungkin Ibuku tahu akan lamunanku, tiba-tiba, “Nak, kita harus prihatin seperti ini, tidak apa-apa banting tulang sampai petang begini di tengah sawah dengan kerumunan nyamuk yang menggigit tanpa belas kasihan, beruntung kita masih bisa mencukupi kebutuhan makan walaupun seadanya, coba lihat di luar sana, masih ada yang lebih menderita dari kita, betul kan?”, tambahnya. “Enggih Bu”, jawabku sambil mengangkat seikat besar kangkung yang akan dibawa ke pasar esok hari.

Setelah sampai di rumah, sembari makan malam bersama, Aku berbicara tentang keinginnku untuk melanjutkan kuliah. Dengan mulut seolah terkunci karena keadaan hidup yang tidak memungkinkan, Kupaksakan untuk berbicara dengan kedua orang tua. “Pppaak…, Bbuu…, mohon maaf, setelah lulus SMK nanti, Saya ingin melanjutkan kuliah, kira-kira menurut Bapak dan Ibu bagaimana?”, tanyaku sambil menikmati nikmatnya sepiring nasi berteman sayur kangkung dan sepotong tempe. “Ya bagus itu, tapi biayanya pake apa, kondisi kita masih seperti ini, tapi mudah-mudahan itu bisa tercapai Nak, Bapak dan Ibu akan berusaha dan berdoa semaksimal mungkin untuk cita-citamu itu”, jawab laki-laki yang sudah mulai renta sambil meneteskan air mata cita-cita anaknya.

Seusai makan malam, Aku langsung menuju ke kamar untuk merebahkan badan sambil menatap langit-langit rumah. Dalam sedikit melamun, tiba-tiba mimpi itu kembali datang. “Ya Allah, Engkau yang menciptakan kehidupan, Engkau pula yang memelihara. Engkau yang menggariskan mimpi dan cita-cita makhluk hidup, Engkau pula yang akan mewujudkan. Untuk itu ya Allah seandainya engkau berkehendak mimpiku jadi kenyataan, maka kabulkanlah mimpi ini”, batinku dalam kalutnya lamunan. “Treeett…treett…treettt….”, tiba-tiba suara hp butut ku berbunyi, pertanda ada panggilan masuk, ternyata kakak ku yang menelepon. “Asalamualaikum.., ada apa Kak?”, tanya ku, kebetulan yang telpon kakak ku yang selalu menyemangati cita-cita ku. “Katanya kamu pingin kuliah Dik, apa benar?”, tanyanya dengan nada seolah memberi harapan. “Iya Kak, tapi ga tahu bisa kesampaian atau tidak, kan kondisi kita begini kak”, jawab ku dengan nada pasrah. “Ya mudah-mudahan kesampaian Dik, kamu harus yakin, kami, kakak-kakak mu akan berusaha keras untuk membantu mewujudkan mimpimu”, jawabnya. “Ya udah kamu besok minta ijin ke Bapak dan Ibu utnuk daftar kuliah ya!!, imbuhnya. “Baik kak, terimakasih”, sahutku penuh harapan. “Ya Allah, mudah-mudahan ini pintu jalan yang memang engkau berikan kepada ku, apa yang menjadi impian ku tercapai”, gumam ku sembari terus menatap langit-langit rumah yang tidak mampu menjawab harapanku.

Keesokan harinya Aku pergi ke warnet untuk mencari informasi dan mendaftar lewat online. Beberapa hari kemudian, setelah mendaftar dan menadapatkan jadwal ujian seleksi, kemudian Aku pergi ke sebuah kampus yang jaraknya kurang lebih 70 km, kalau ditempuh dengan kendaraan bermotor kurang lebih memakan waktu 7 sampai 8 jam. Tepat pukul 15.00 wib, dengan motor butut yang larinya tidak kenceng lagi, tanpa ragu ku pacu kendaraan dengan hanya bermodalkan uang untuk bayar pendaftaran di sebuah Perguruan Tinggi terkenal di Semarang. Tanpa memperdulikan kondisi motor tuanya rusak/tidak, bisa makan atau tidak di pertengahan jalan, yang penting bisa daftar di kampus harapan. “Huuff….poknya Aku harus ke sana, ga tahu apa yang akan terjadi di jalan, yang penting bisa ikut ujian seleksi”, pikir ku karena saking bahagianya. Setelah beberapa jam perjalanan ternyata di tengah jalan hujan lebat, angin kencang berbalut petir yang menggelegar terus mengiringi perjalananku, tapi itu tidak menyulutkan semangat ku untuk berhenti/berteduh.

Dengan kondisi badan yang mulai menggigil, Aku terus mencoba melanjutkan perjalanan, namun, mungkin karena derasnya hujan yang mengguyur badan letih ini, badan menjadi gemetar karena kedinginan dan mungkin perut belum terisi makanan, hingga akhirnya kondisi itu memaksaku untuk berteduh. Tanpa berpikir panjang, lagian juga sudah tengah malam dan karena tidak ada uang untuk bayar penginapan, Aku langsung cari masjid/mushola untuk tempat berteduh dan tidak lama kemudian kudapati tempat berteduh gratis tersebut. “Misi Pak, Saya mau numpang berteduh sekalian istirahat di masjid ini, boleh tidak Pak?”, tanyaku ke lelaki paruh baya yang menjaga masjid. “Silahkan saja De, tapi di terasnya aja, soalnya pintu ini mau ku kunci”, jawabnya sambil merapatkan pintu masjid. “Kalau di dalam bisa ngga ya Pak soalnya hujan deras ni?”, tanyaku kembali dengan menahan dingin yang menyelimuti. “Gak bisa De, paling di terasnya aja, jawabnya dengan nada ketus dan wajah kusam sambil beranjak meninggalkan masijid. “Ya udah Pak kalau gitu, terimakasih”, sahutku dengan nada kecewa.

Selepas penjaga masijid pergi, kemudian Aku rebahkan badan yang basah kuyup ini di teras masjid yang sangat sempit, sehingga separuh badan tetap terkena derasnya hujan. Dan dengan berselimut keset masjid yang juga basah kuyup, ku paksakan untuk tidur dan menghilangkan lelah yang memuncak. Tanpa terasa, tiba-tiba kokok ayam membangunkan tidur ku, dan itu pertanda fajar pagi telah muncul. “ Alhamdulillah ya Allah, dengan baju basah kuyup gini dan di bawah guyuran hujan ternyata Aku bisa tidur, rasa capeknya hilang, walaupun badan ini tetap menggigil”, gumam ku.

Selepas sholat subuh, kemudian Aku melanjutkan perjalanan yang mungkin masih membutuhkan waktu 3 jam lagi. Namun, setelah sampai di tempat ujian, ternyata Aku ketinggalan beberapa mata pelajaran yang diujikan, hingga akhirnya hanya mengikuti ujian seleksi 2 mata pelajaran saja. “Aduuhh…ko bisa begini ya, mungkin kalau tadi malam tidak berteduh, pasti tidak ketinggalan ujian”, keluhku seraya menyesal. Selesai mengerjakan soal-soal ujian, dengan perasaan letih dan lapar karena dari kemarin belum terisi makanan, Aku langsung pacu motor butut untuk pulang. “Rasanya ga mungkin lolos di kampus ini, mata pelajarannya aja tidak bisa diikuti semua”, gumam ku sembari menelan kecewa yang mendalam.

Sesampai di rumah, Aku pun langsung menelepon kakak yang ada di perantauan, di pulau seberang. “Kak, Saya tadi ketinggalan ujian seleksi, kira-kira ge mana ya Kak?”, tanyaku dengan nada mengeluh. “Kok bisa Dik?, di kampus-kampus negeri sudah tutup semua, makannya lain kali diperitungkan dengan matang agar siap, dah jauh-jauh, sia-sia lagi. Ya udah besok kamu ku daftarkan ke kampus swasta di kota pelajar ya, jangan sampai telat lagi ujiannya nanti..!!!, jawab kakak ku dengan nada sedikit kecewa dan marah. “Iy Kak, jawabku singkat.

Seminggu berlalu menunggu kabar dari Kakak dengan harapan yang tinggi, akhirnya kabar baik pun menghampiri, katanya Aku lolos berkas dan lusanya ikut ujian seleksi di kampus swasta namun cukup terkenal. Dua hari setelah mendapat kabar, Aku pun berangkat menuju kampus itu, lagi-lagi dengan motor butut yang sepionnya pecah sebelah. Tiga hari kemudian setelah mengikuti ujian seleksi ternyata namaku muncul di website resmi kampus tersebut dan dinyatakan diterima. “Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah menjawab doa dan usaha ku serta orang-orang yang menyayangiku, mimpi dan harapan yang sulit digapai akhirnya dapat terwujud berkat Ridho Mu”, batinku dengan girang.

“Dengan begini, mau tidak mau Aku harus meninggalkan kampung halaman menuju kota pelajar”, pikirku dengan sedikit berat hati . Hari demi hari, minggu demi minggu akhirnya Aku jalani kehidupan dengan bertaruh nama baik dan masa depan, karena kehidupan di kota pelajar tersebut penuh dengan nuansa glamour dan hedonisme yang menjadi tantangan tersendiri bagiku, seorang anak desa miskin yang baru keluar dari bumi kelahiran. Tidak hanya itu, Aku pun harus bertahan hidup dengan kondisi seadanya, walaupun makan hanya dengan kecap, Aku harus mampu membuktikan untuk menjadi sang juara dalam kerasnya medan kehidupan serta harus menjadi sang surya yang mampu mengentaskan keluarga dari cengkeraman kemiskinan. Man-man, tugasmu yang kemarin dah selesai belum?”, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggilku dan membangunkanku dari lamunan.

Sumber: http://clampic.blogspot.com
Read more

Antara HATI Ku dan HTI Mu




Sebelum mengawali coretan retak ini, penulis ingin mengatakan bahwa munculnya coreta retak ini merupakan telur dari kegelisahan akan seruan penegakan khilafah oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang telah menggelayung sekian lama dalam jiwa ini. Akhir-akhir ini memang seruan untuk menegakkan khilafah di ndonesia kian marak. Begitu masifnya kampanye khilafah telah menghiasi media sosial dari waktu-ke waktu seolah tanpa jeda. Tidak hanya itu, dalam kampanye penegakan khilafah telah mengharamkan bentuk pemerintahan demokrasi, seperti yang telah diterapkan di Indonesia dan khilafah lah satu-satunya solusi.Awalnnya saya cukup cuek dengan khilafah, apa itu khilafah, bagaimana sistem khilafah sebenarnya dan sebagainya, namun setelah sering melihat kampanye yang berseliweran di media sosial khususnya dan melihat kenyataan pembangunan negeri ini, lama-lama HATI Ku perlahan-lahan mempelajari HTI Mu yang telah berjuang keras untuk menegakkan khilafah sebagai jawaban dari persoalan bangsa.

Dakwah-dakwah yang disampaikan oleh kader-kader muda HTI cukup mengesankan, selain disampaikan oleh ukhti-ukhti yang berpenampilan dengan balutan pakaian dan jilbab yang menjalar sampai di bawah lutut (terlihat anggun bagi persepsi sebagian orang hee....), dia juga menyampaikan pesan-pesan islami, misal jangan pacaran, sholatlah lima waktu, muslim smart dan sebagainya, tegakkan syariat islam, walupun terkadang memang ada pesan-pesan yang disampaikan tidak secara eksplisit telah menghujat dan menyinggung perasaan orang atau kelompok lain. Namun, yang lebih menarik menurut saya akhir-akhir ini, para kader muda HTI telah mengibarkan bendera putih/hitam dengan bertuliskan Laa Ilaha Illallah. Hal ini menarik dan mengundang tanya dalam hati karena pada tahun sebelum-sebelumnya jarang terlihat bendera tersebut berkibar di media sosial dan di tempat-tempat umum oleh orang perorang, (subhanalloh, hebatnya orang-orang HTI, ke mana-mana mengibarkan panji Rosululloh, batin ku waktu itu).

Jujur saya adalah orang yang terlahir dari darah NU Tuleen (NU Beneran dan Militan) Bapak Ibu saya rajin yasinan, tahlilan, ziarah kubur, maulid Nabi dan sebagainya, saya pun sejak kecil sering diajak untuk “ritual-ritual” tersebut. Namun akhir-akhir ini, HATI-KU sedikit terhipnotis oleh HTI Mu yang tampil dengan “bungkusan sempurna” dalam dakwahnya (namun ini masih kesimpulan sementara), akhirnya saya pun berselancar di dunia maya dan diskusi dengan teman-teman untuk mencari referensi tentang HTI dan tawaran konsep pembangunan negara. Dengan cepat pun saya menemukan karena buku tersebut berada di rank atas dalam pencarian google, saya pun berkesimpulan, wah ini yang sering dibaca orang pikirku.

Seperti biasa, ditemani secangkir kopi dan rokok class mild langgananku, saya membaca 2 buah buku terbitan HTI, yang pertama dengan judul Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan dan Administrasi), buku tersebut merupakan revisi buku yang bertentangan dengan HT, terbitan tahun 2008. Buku yang kedua dengan judul Manifesto Hizbut Tahrir Indonesia; Indonesia, Khilafah dan Penyatuan Kembali Dunia Islam, tahun 2009.

Dalam buku tersebut, menurut saya pribadi cukup menarik karena dalam pendahuluannya digambarkan keterpurukan sebuah negara, khususnya Indonesia akibat sistem demokrasi, dan khilafah lah satu-satunya jawaban dari keterpurukan tersebut. Namun, HATI-KU merasa ada yang aneh ketika membaca lembar-demi lembar isi dari buku tersebut, mungkin saya yang gagal paham atau memang otak saya yang tidak sampai untuk memahami. Misal dalam konsep khilafah yang ditawarkan, kaum muslim di seluruh dunia wajib berada dalam satu negara. Dari sini saya bingung bagaimana penerapannya dalam kondisi masyarakat yang berbeda-beda negara dan berbeda pula agamanya, serta begitu bnyaknya negara-negara, mungkinkah itu terwujud?. Selain itu seandainya di sebuah negara yang diberlakukan pemerintahan khilafah dan ternyata banyak juga masyarakat non muslim, bagaimanakah untuk mengakomodir itu semua?, ya memang pada zaman Nabi dan Khulafaurrosyidin itu terwujud dengan baik karena Nabi dan sahabat merupakan orang pilihan, lantas saat ini masih adakah orang yang sekaliber Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali? Sementara pada sisi lain ketika berselancar di dunia maya saya tidak menemukan konsep-konsep khilafah yang ditawarkan HTI secara praktis dan menyeluruh (mohon maaf ini subjektf keterbatasan saya dalam mencari pengetahuan).

Beralih ke persoalan lain yang akhir-akhir ini marak muncul di media sosial tentang panji Rosululloh, bendera warna hitam dan putih dengan bertuliskan La Illahailallah. Dalam buku tersebut yang saya pahami, bendera putih/al-Liwa untuk brigade pasukan, menjadi pertanda posisi amir/komandan dan turut beredar sesuai peredaran amir/komandan pasukan, sementara itu bendera warna hitam/ar-Rayah dikibarkan dalam kondisi peperangan, namun baik al-Liwa maupun ar-Rayah bisa sama-sama dikibarkan ketika dalam kondisi peperangan yang berkelanjutan. Lantas sebenarnya apa maksud dari dikibarkannya bendera tersebut dengan atas nama panji Rosululloh sebagai latar belakang selfie di tempat-tempat umum negeri ini dengan menggemakan khilafah, kemudian diviralkan di medsos?

Sebenarnya kalau menengok tujuan Hizbut Tahrir (HT), itu baik, yakni “membebaskan umat manusia dari dominasi paham, pemikiran sistem hukum dan negara kufur menuju paham, pemikiran, sistem hukum dan negara islam dengan menerapkan syariah islam secara kaffah dan mengembangkan dakwah ke seluruh dunia”, namun apa yang saya lihat, nampaknya langkah-langkah yang di ambil HT, khususnya HTI jauh panggang dari api, hingga akhirnya dipertanyakan. Mengapa?

Pertama, begitu menggemanya tawaran khilfahah yang dijanjikan dengan mengandalkan contoh sejarah yang telah ditorehkan zaman dulu oleh Nabi beserta sahabatnya, tanpa melihat kondisi saat ini dengan tidak adanya tokoh yang sekaliber Beliau. Dan dari pihak HT, maupun HTI sama sekali tidak memunculkan tokoh yang mampu menjadi magnet bagi semua kalangan untuk dijadikan perekat dan menjawab persoalan zaman.

Kedua, apa yang digembar-gemborkan HTI tentang khilafah melalui berbagai media sampai saat ini lebih kepada gema belaka, tidak dibarengi dengan langkah-langkah praktis tawaran konsep yang benar-benar mampu mengatasi persoalan negeri ini hingga diterima atau mampu mengambil simpati masyarakat, semua yang ditawarkan HTI masih cukup bias.

Ketiga, HTI begitu semangatnya ingin mendirikan khilafah, dan membebaskan dari demokrasi yang dianggapnya sistem pemerintahan kuffur, namun dia tidak melakukan terobosan-terobosan/memunculkan produk-produk pembangunan, misal organisasi islam terbesar di Indonesia NU dan Muhammadiyah mengabdikan dirinya dengan mendirikan beribu-ribu pesantren, lembaga pendidikan, rumah sakit, masjid dan sebagainya. Lantas apa yang telah dilakukan HTI hari ini?

Keempat, kalau HTI meyakini bahwa khilafah merupakan jawaban dari persoalan bangsa Indonesia, mengapa ia tidak membuat pilot projeck atau percontohan sebuah daerah yang dibangun dengan sistem khilafah?, tentu hal ini jika dilakukan dan berhasil, maka ini mungkin bisa menjadi referensi dan menarik simpati banyak orang untuk menerapkannya tanpa mengkampanyekan khilafah yang bias seperti saat ini.

Kelima, jika HTI menganggap sistem demokrasi itu kuffur dan ternyata di Indonesia juga berlaku sistem demokrasi, mengapa orang-orang HTI masih hidup dan mencari makan di Indonesia?, bukankah ini secara tidak langsung mengakui demokrasi?

Mohon maaf kawan, tadinya HATI-KU sedikit kepencut (tertarik) dengan tawaran HTI-Mu akan jawaban dari persoalan Indonesia, namun setelah sedikit mempelajari tentang tawaran HTI akan khilafah, penulis mendapati kesimpulan (yang tentu ini subjektif saya pribadi) nampaknya HATI-KU belum bisa bersatu dengan HTI-MU dan tetap berada dalam tali jagat NU yang begitu kuat komitmennya dalam membangun bangsa dan menjaga kesatuan NKRI dengan mengedepankan islam yang moderat dan rahmatan lil alamin.

Sumber:http://clampic.blogspot.com
Read more

Negeri Kita Cinta Kita

Tak cukup untuk dibayang
Pun sulit tuk dikenang
Hiasan cinta tak pernah usang
Birunya langit putihnya awan
Terik mentari Sinari bumi Tuhan
Daun melambai, Sepoi angin menggerakkan
Dalamnya laut, berjuta kehidupan
Ikan, bintang, dan terumbu karang
Sawah, kebun, maupun ladang
Semua milik Tuhan yang menyejukkan

Negeri kita...
Negeri dengan berjuta cinta ..
Hadirkan syurga bagi penikmatnya..
Perlu dijaga dan ditata..

Inilah Negeri kita, cinta kita..
Engkau bak permata yang sangat berharga..
Kita lahir dari perutanya
Dan kita besar dengan belaiannya

Sesak tangis suka duka kita adukan padannya..
Tanah negeri ku yang mulia...
Jangan kau sia sia kan ..
Jangan kau beri pada ia yang menghancurkan..
Perlu dijaga dari syahwat dan ketamakan penghuninya
Agar negeri kita tetap sentausa
Read more

Tuhan


Oh tuhan..
Padamu aku berdoa..
Padamu aku meminta..
Kucurahkan semua isi hatiku..
Keluh kesahku..
Jerih payahku..

Oh tuhan..
Berikanlah kami kekuatan..
Agar kami tahan..
Dalam setiap cobaan maupun ujian..
Tak cepat menyerah dan putus asa..

Oh tuhan..
Padamu kuadukan..
Semua..segala..
Yang kuresahkan...
Semoga hati ini tetap istiqamah..
Menjalani kehidupan yang penuh berkah. ..
Read more

Batik


Terukir indah dalam goresan
Pernak pernik motif di selendang nan berkesan
Ia penuh warna dan menenangkan jiwa
Membalut raga yang menggambarkan jiwa

Berbagai bunga, terlukisnya
Berbagai budaya tergambarkannya
Dialah kebanggaan Indonesia
Yang penuh nilai dan penuh makna
Semoga kini, batik bernilai nan mempesona
Tak hanya dipakai menjadi penutup raga
Tapi lestari sebagai warisan budaya
Yang menggambarkan keragaman Indonesia
Read more

Kutitip Rindu




Kutitip rindu pada angin
Yang selalu menemanimu
Pada dinginnya malam

Terang rembulan menjadi saksi
Di gelap malam yang kelam
Kuselip doa untukmu
Yang hangat dan rindu...

Aku tak banyak bicara
Soal cinta dan realita
Bahkan aku tak mampu membuat rekayasa
Yang katanya mampu menjelma menjadi kasih yang setia

Tapi hatiku berkata tidak
Aku tetap diam, dan menunggumu
Kuyakin yang suci tak akan ternodai
Oh kasih, padamu ku berharap
Salam sapa, menjelang malam
Wajahmu kan ku bayang
Cintamu kan ku kenang
Read more

Puisi perbedaan adalah Cinta




Aku, kamu, dia, mereka.
Atau sebaliknya......
Mereka, dia, kamu, atau aku...
Yaa, bilang orang sih..kata itu berbeda..dan memiliki arti yang berbeda pula..
Thats right..Kamu benar..!
Antara aku, kamu, dia, dan mereka itu beda, tak sama, ..lantas apa, dan siapa, mengapa , dan bagaimana ?

Sangat unik bukan, berbicara tentang perbedaan..
Inilah Indonesia sahabatku,..
Kau tak asing lagi mendengarnya,.
Bangsaku, negeriku, alamku, ialah Indonesia..
Ia negri yang tak pernah sepi sahabat..
Berjuta umat hidup bersama..
Beragam suku kami punya..
Dayak, Sunda, Jawa, Toraja, Bugis, dan semuanya .
Beragam adat istiadat, budaya,aneka bahasa, rumah adat,warna kulit, ras, dan semacamnya..
Tak lupa wilayahnya yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke..
Berjajar ribuan pulau yang menciptakan keindahan bagi mereka yang menjaga dan melestarikanya..
Bangsa yang besar ini tak lepas dari beragam variasi... 

Sebut saja Bhinneka tunggal Ika..
Ya, itu semboyan bangsa kami
Kami berbeda tapi kami satu jua.. 

Sahabatku, sudahilah pertengkaran..
Sudahilah saling menyalahkan..
Saling menjatuhkan..
Saling menghujat..
Saling menghakimi..
Saling siku menyiku..
Karena..
Beda adalah anugrah..
Beda adalah cinta..
Beda adalah keajaiban..
Beda adalah sama .. 

Mari kita cintai bangsa ini
Bangsa yang besar ini..
Mari kita lindungi bangsa ini..
Dengan melestarikannya, mengagungkannya, menjaga dan merawatnya..
Indonesia adalah surga bagi para penikmatnya. .
Ialah mereka yang bersyukur atas nikmat Tuhan yang selalu hadir dalam dunia dan hidup mereka..
Perbedaan adalah CINTA, yang tak bisa kita gugat, kita tarik ulur, kita hantam maupun kita lawan..
Dengan beda kita menjadi belajar, saling melengkapi,, saling menghargai, saling menghormati, saling mengisi, saling bersama dalam satu kesatuan di bawah langit dan di Buminya , ialah Indonesia merdeka.. 

Hidup bangsaku...
Hidup rakyatku..
Hidup Indonesia... 

15.Agustus / 10.46 wita
Read more